Hubungan pertemanan bagi anak usia 5-6 tahun adalah masalah yang sangat penting. Jika bisa dikatakan, masalah tersebut bisa saja menyangkut masalah 'hidup dan mati'. Memiliki banyak teman seakan-akan membuat anak usia 5-6 tahun serasa hidup selamanya. Sebaliknya jika tidak memiliki teman atau ada teman yang menolak untuk bermain bersama, dunia seakan-akan mau runtuh.
Di kelas Bulan, kelas yang saya ajar tahun lalu, kelompok teman sebaya dengan ketertarikan dan minat yang sama memang banyak bermunculan. Anak-anak membuat kelompok dengan teman-teman yang memiliki minat yang sama. Namun meski dilatarbelakangi minat yang sama, konflik dan masalah pasti terjadi. Masalah yang kerap muncul di dalam kelompok-kelompok pertemanan itu biasanya adalah perbedaan ide permainan yang ingin dibuat, pembagian kelompok yang dirasa kurang adil bagi setiap pribadi, hingga kecemburuan di antara mereka.
Kecemburuan. Terkadang bisa membuat anak-anak melakukan segalanya untuk menarik kembali perhatian teman-temannya. Bahkan, jika harus dilakukan dengan cara berbohong, maka hal tersebut akan dilakukan. Mulai dari bohong-bohong kecil namun bisa jadi akan terus berulang. Sikap egosentris yang masih dominan pada anak-anak usia dini, kemampuan berpikir cerdik yang semakin berkembang, serta daya imajinasi yang masih banyak memberi pengaruh dapat melatari mengapa anak-anak dapat berbohong.
Ada seorang anak, sebut saja ia Aldi. Ia adalah anak yang cukup cerdas dengan kemampuan memimpin teman-temannya yang terbilang menonjol. Namun seiring berjalannya waktu, teman-teman Aldi mulai banyak yang memilih teman lain untuk diajak bermain bersama. Terkadang, Aldi tidak menjadi pilihan teman yang diajak bergabung dengan anak-anak lain. Aldi tentunya merasa dunianya hampir 'berakhir'. Ia kemudian mencari cara ampuh untuk menarik kembali perhatian teman-temannya. Salah satu caranya adalah dengan mengiming-imingi temannya dengan berbagai macam bentuk hadiah. "Kamu kelompoknya sama aku ya. Besok aku bawain kamu susu coklat 10 botol." Lalu, temannya pun mengikuti keinginan Aldi untuk bergabung. Keesokkan harinya, teman-teman Aldi menagih janji yang akan memberi 10 botol susu coklat. Namun tentu saja Aldi tidak membawanya sesuai dengan yang ia katakan sebelumnya. Maka otomatis teman-teman Aldi mengatakan bahwa dirinya berbohong.
Kisah lainnya adalah kisah tentang Abhi yang sangat imajinatif. Sering kali hal realita yang dialaminya bercampur dengan bayangan imajinasinya. Saat Abhi ingin melibatkan teman-temannya dalam cerita imajinasinya, pikiran teman-temannya tidak semuanya sejalan dengan dirinya. Abhi tetap konsisten dengan cerita imajinasinya, bahkan ia 'keukeuh' mengatakan bahwa hal yang dialaminya adalah nyata. Dan akhirnya, teman-teman lainnya menganggap Abhi berbohong.
Kecemburuan terkadang memicu seseorang membuat cerita yang tidak sesuai fakta, dengan tujuan membuat orang lain terpengaruh. Anak bernama Mala, seringkali berbisik pada temannya, memberi pengaruh agar temannya tidak bermain lagi dengan beberapa anak tertentu dengan berbagai alasan yang terkadang bukan hal yang benar, atau alasan yang dilihat dari persepsi yang berbeda. Saat temannya mengetahui bahwa yang dikatakan Mala adalah hal yang tidak benar, maka Mala pun dianggap berbohong.
Bohong-bohong pada anak memang akan terjadi. Manusia yang cerdas tentu pintar membuat cerita. Namun sebagai guru, saya merasa bertanggung jawab untuk mengembangkan nilai-nilai kejujuran serta nilai kebaikan lainnya agar kebohongan kecil tidak semakin berkembang menjadi kebohongan yang semakin besar dan tentunya tidak menjadi kebiasaan.
Aldi kemudian diajak untuk memperbaiki janjinya. Ia mengubah kebohongan kecilnya menjadi sebuah kejujuran kecil. Ia mengatakan pada teman-temannya, "Aku gak punya susu coklat 10 botol. Tapi kamu mau sekelompok sama aku?" Aldi merasa lebih bangga dengan dirinya dan berkata, "Aku anak jujur."
Penjelasan tentang imajinasi dan realita pun dilakukan pada Abhi. Memiliki imajinasi tinggi tentunya tidak dilarang. Namun tentunya Abhi tidak bisa memaksakan pikiran yang berbeda pada seluruh teman-temannya. Lalu Abhi mengubah cara penyampaian imajinasinya pada teman-temannya. Imajinasi yang awalnya dianggap cerita bohong oleh beberapa teman Abhi berubah menjadi cerita seru yang menyenangkan.
Menyamakan persepsi/maksud tentang penilaian terhadap seseorang kemudian dilakukan bersama Mala. Jika ada suatu hal yang dilihat berbeda, Mala diajak memandang dari sudut pandang berbeda dan mengajak ia untuk belajar melakukan praduga tak bersalah pada tiap perilaku teman.
Kebohongan kecil yang 'bukan masalah besar' dalam dunia pertemanan anak-anak, tetap perlu pendampingan agar tidak terus berkembang menjadi kebohongan besar yang berujung pada tindakan korupsi di masa yang akan datang. Kebiasaan dalam berbohong kecil diubah menjadi kebiasaan dengan kejujuran-kejujuran kecil yang berdampak besar.