Aku yang belum memiliki pengalaman dalam hal training besar taraf nasional, tidak mengenal siapa teman sekamarku ini. Ternyata, beliau adalah orang hebat pengelola sekolah di Tasik yang seringkali menjuarai berbagai macam kejuaraan! Ibu Tami bersama suaminya, Pak Iman, mendirikan sekolah yang diberi nama Sahara demi anak-anaknya sendiri, yang pada akhirnya sekolahnya semakin berkembang dan mereka banyak memberi pelatihan gratis pada guru-guru di lingkungannya. Bahkan setiap bulan, sekolahnya terbuka untuk siapa saja guru yang ingin belajar dan bertambah maju. Selain bu Tami, aku berkenalan dengan guru muda dari kota yang sama denganku. Lilis Nuryani yang sebenarnya bernama Eulis dari Bunda Ganesha. Akhirnya, kami bertiga -dari lima orang perwakilan Jawa Barat- selalu bersama-sama selama training ini berlangsung.
ki-ka : Bu Tami, Bu Lilis, aku
Prof. Dr. M. Noor Rochman Hadjam, SU
Guru besar Fak. Psikologi UGM
Selama training 4 hari ini, aku banyak bertemu dengan teman-teman baru dari berbagi provinsi. Beberapa di antaranya semakin dekat berkat banyak diskusi dan merasa ada kesamaan visi dalam pendidikan Indonesia. Ada ibu Dyah dari Lampung yang dengan semangatnya ingin mengubah pendidikan di daerahnya dan juga membantu guru-gurunya untuk lebih maju dengan pengetahuan. Ada ibu Sri dari Bengkulu yang ternyata pernah melakukan kunjungan studi banding ke sekolahku sekitar setahun yang lalu. Ada ibu Fauziah yang sangat bersemangat dan ceria dari Jawa Timur.
ki-ka: Bu Tami (Tasik), aku, Bu Lilis (Bandung), Bu Dyah (Lampung)
aku bersama ibu Sri dari Bengkulu yang sempat melakukan studi banding ke GagasCeria
Dari banyak orang yang memiliki visi indah mengenai pendidikan Indonesia dengan berbagai idealismenya, ternyata ada juga beberapa terselip 'kecurangan' yang terlihat dalam training ini. Disebutkan syarat untuk mengikuti training adalah guru PAUD dengan minimal pengalaman mengajar 2 tahun dan pendidikan minimal S1, namun ada saja orang-orang yang ikut bergabung tanpa pengalaman sama sekali. Menurutku, sayang sekali training ini 'jatuh' di tangan yang kurang tepat, karena tujuannya adalah mempersiapkan guru-guru untuk berbagi ilmu tapi kalau yang dituntut untuk berbaginya saja tidak memiliki ilmunya, apa yang harus dibagi?
Aku berusaha menjalani training ini sebaik mungkin, dengan membawa nama instansi tempatku mengajar dan juga membawa nama provinsi. Walau dengan beberapa kesalahan dan ketidaksempurnaan yang aku buat selama training berlangsung, aku masih berharap dapat lulus sebagai trainer dan bisa berbagi dengan guru-guru lainnya. Setelah menjalani peer teaching, akhirnya di hari keempat aku melewati post-test.
Pengalaman training of trainer ini adalah pengalaman sangat berharga buatku. Satu langkah majuku menuju impian membuat pendidikan di Indonesia ini semakin baik. Semoga aku bisa lulus dan bisa diberi kesempatan untuk berbagi dengan guru-guru lain ^^
Terima kasih banyak atas sharing berharganya teman-teman baruku...
ki-ka : Pak Dani (panitia), Bu Kencana, Bu Tami, Bu Supriatin, Bu Lilis, Bu Dyah, aku.
Terima kasih atas ilmu-ilmunya...
1. Drs. Arif Antono
2. Prof. Dr. Noor Rochman Hadjam
3. Prof. Dr. Madhakomala, M.Pd
4. Dra. Nurbiana Dhieni, M.Pd
5. Dr. Ernawulan Syaodih, M.Pd
6. Dra. Masitoh, M.Pd
7. Dr. Bachtiar S. bachri, M.Pd
8. Dr. Rachma Hasibuan, M. Kes
9. Dr. Muktiono Waspodo, M.Pd
10. Drs. Sultoni, M.Pd
11. Poppy Sumaeni Nur