Dan inilah cerita petualangan membahagiakan kami kabur dari Bandung dan Jakarta.
Aku, Mbak Nanda - saudaraku dari Jakarta, Kiki, Ryan, Luas dan Dini bertemu di stasiun Bandung. Riane dan Lilly adiknya sudah naik kereta ekonomi jurusan Padalarang - Cicalengka dengan ongkos yang hanya Rp. 1500,- saja. Kami yang berangkat dari stasiun Bandung membeli tiket kereta yang sama hanya dengan Rp. 1000,-. Di stasiun Kiaracondong, anggota bertambah dua orang dengan hadirnya Ayu dan Indri. Kami genap 10 orang dengan beberapa teman yang batal ikut.
Dini, aku, Ryan dan Kiki saat menunggu kereta api di stasiun Bandung.
Kereta kami benar-benar berangkat sekitar pk. 8.30 dan tiba di stasiun Cicalengka sejam kemudian. Tapi perjalanan kami belum berakhir, dengan menyewa angkot seharian, kami melanjutkan perjalanan yang masih panjang. Melewati jalanan sempit, menanjak dan jelas tidak rata, akhirnya kami sampai di hutan Kareumbi setelah satu jam perjalanan angkot.
Kami di dalam angkot, dengan biaya Rp. 150.000,- pp dibagi rata semua peserta.
Woooooohooooo.... akhirnya aku sampai di Kareumbi lagi setelah sekian lama. Seharian aku dan teman-teman jauh dari sinyal telekomunikasi, bahkan untuk sekedar sms atau telepon.
Ada beberapa bagian dari hutan Kareumbi ini yang berbeda dengan pertama kalinya aku ke sini. Sekarang ada beberapa ekor kuda yang bisa kita lihat selain rusa. Jika kita jeli, banyak juga serangga cantik yang bisa ditemukan di hutan ini. Setiap sudut hutan ini benar-benar punya keindahan. Selain itu, kini di hutan Kareumbi sudah disediakan juga jalur khusus untuk sepeda. Jika berkunjung kemari, kita bisa membawa sepeda dan berkeliling hutan melalui jalur sepeda. Ternyata, hutan Kareumbi juga adalah rumah bagi Kukang Jawa yang sudah sangat langka dan sejak 1973 Kukang Jawa adalah satwa yang dilindungi.
Rusa yang sangat sadar kamera
Kuda di dalam kandang.
Kuda yang dilepas bebas di 'padang rumput'. Bisa dibelai, bisa ditunggangi. Tapi karena kudanya masih kurus, aku hanya peluk, tidak tega naik.
Beberapa serangga cantik yang bisa ditemukan di Kareumbi.
Salah satu hal yang menarik dari Kareumbi adalah adanya rumah pohon yang dapat disewa. Kapasitas satu rumah pohon ada yang 8-12 orang. Toiletnya sudah dibuat nyaman. Biaya sewa rumah pohon sudah termasuk sleepingbag dan penerangan.
Para wanita dengan latar rumah pohon. Kabarnya rumah pohon ini baru saja dikunjungi oleh monyet-monyet liar.
Aku di rumah pohon.
Di belakang rumah pohon ada jalan menurun menuju sungai kecil. Sungainya sangat jernih dengan aliran air yang sangat dingin. Pemandangan cantik dengan iringan gemericik air, benar-benar bisa mengundang kantuk.
Sungai kecil dengan air yang sangat dingin di belakang rumah pohon.
Sungai ini tersambung dengan jalur untuk kano. Posisi awal naik kano ada di dekat lapangan rumput tempat kuda merumput. Kali ini, tidak ada lagi petugas Kareumbi yang membantu mendayung kano kami. Kalau berniat naik kano harus mendayung sendiri dengan biaya Rp. 10.000/orang. Ada 2 jenis kano, untuk 3 orang dan untuk 2 orang. Kami bersusah payah belajar 'menyetir' kano sebelum akhirnya lancar berkeliling menyusuri sungai. Dini, Lilly dan Luas berhasil dengan cepat mencapai tujuan. Indri dan Ayu beberapa kali menabrak tepian sungai sebelum akhirnya berhasil. Aku, Riane dan Ryan hanya berkeliling untuk belajar maju, mundur dan memutar arah kano. Teorinya sama dengan menyetir mobil.
Foto atas dan tengah : aku, Ryan dan Riane. Ternyata pemegang kendali kano ada di belakang.
Foto bawah : Indri dan Ayu, beberapa kali menabrak tepian sungai.
Yang terpenting di Kareumbi adalah program adopsi pohon. Dengan biaya Rp. 50.000,- saja per bibit pohonnya, kita bisa menjadi salah satu penyelamat lingkungan. Pohon yang kita tanam berhak untuk diberi papan nama atas nama kita dan akan dipelihara oleh penduduk sekitar. Jika ingin membuat blok hutan sendiri, minimal harus menanam sebanyak 100 bibit pohon. Setiap orang yang menanam pohon di Kareumbi, akan mendapatkan sertifikat sebagai tanda keterlibatan.
Aku dan Dini dengan 'anak' kedua kami. Luas menanam anak pertamanya. Manglid.
Mbak Nanda sang fotografer, Ayu dan Ryan dengan anak pertamanya.
Lilly, Kiki dan Indri.
Riane menanam pohon atas nama Sabil tepat di peringatan 40 hari kepergiannya.
Banyak sisi hutan yang menarik untuk diabadikan (baca: foto narsis).
Hanya akting...
JUMP!
Kami semua dengan fotografer di balik kamera.
Dengan biaya terbilang murah, kami mendapatkan kesenangan 'kabur' dari kota secara maksimal. Pergi dari kepenatan, kemacetan serta polusi, menikmati pemandangan dan bersyukur. Dan yang terpenting adalah kami melibatkan sedikit diri kami untuk berbuat sesuatu untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan.
Ayo, silakan berkunjung ke Kareumbi dengan hanya menyisihkan beberapa rupiah untuk menanam pohon, semoga dapat membantu menghijaukan kembali bumi.
Akhirnya kami bisa berfoto dengan peserta yang lengkap.
Tidak perlu bertanya siapa itu 'Pasukan MANOHARA'.
Terima kasih banyak kang Darmanto atas bantuannya selama di Kareumbi. Info lengkap tentang Kareumbi bisa dilihat di http://www.tbmk.org/ email ke: info@tmbk.org
--- Foto-foto hasil jepretan Ananda Dianti dan Riane.
2 comments:
Keren euuuy... Foto" na bageuuussss
Asoooooooy
Post a Comment