Setelah dinyatakan hamil melalui tespack, sebaiknya pasangan suami istri segera memeriksakannya ke dokter kandungan untuk mengetahui kesehatan janin melalui cek USG. Sebelum memeriksakan kehamilan, sebaiknya istri (dibantu oleh suami) langsung memilih dan memutuskan untuk datang ke dokter siapa. Cari referensi dokter dari teman, saudara, atau berdasarkan review serta pengalaman orang-orang yang bisa didapatkan melalui internet.
Sebaiknya istri memilih dokter yang sangat pro ASI eksklusif, sabar menanti bukaan lahir yang tiap orang berbeda-beda waktunya, sehingga dokter tidak cepat langsung memutuskan untuk operasi caesar. Selain itu, istri juga harus mengetahui dokter pilihannya praktek di klinik dan rumah sakit mana saja, apakah rumah sakit dan klinik tersebut menerima asuransi yang kita miliki atau jika tidak dicover asuransi biayanya tetap terjangkau (realistis). Pasangan suami istri sebaiknya juga sudah mulai 'berbelanja' rumah sakit untuk persalinan nanti sejak awal kehamilan, sehingga ketika mendekati hari persalinan tidak lagi disibukkan dengan memikirkan tempat persalinan. Pasangan suami istri juga sebaiknya menyediakan dana khusus untuk segala bentuk pemeriksaan dokter, laboratorium, hingga persalinan. Jika memungkinkan disimpan di dalam rekening yang terpisah agar tidak tercampur dengan dana kebutuhan lainnya.
Tips-tips yang kusebutkan itu adalah berdasarkan pengalamanku yang semuanya nyaris tidak aku lakukan sejak awal kehamilan. Setelah melakukan program hamil dengan berkonsultasi pada dokter subspesialis, aku tidak mencari referensi dokter spesialis lain untuk pemeriksaan lanjut setelah aku dinyatakan positif hamil oleh tespack. Aku melanjutkan pemeriksaan dengan Dr. Tita Husnitawati, SpOG yang bertarif lebih mahal karena beliau adalah dokter subspesialis di RSIA Hermina Pasteur. Dr. Tita juga tidak praktek di klinik lain, hanya di RS. Melinda, dan RS. Hasan Sadikin Bandung. Saat melakukan pemeriksaan bulanan pun, aku dan suami mengeluarkan dana pribadi (tidak dicover asuransi) sehingga pengeluaran bulanan bertambah cukup besar, sekitar Rp. 400rb - Rp. 800rb sekali periksa dan resep vitamin.
Pada tanggal 20 Januari 2015 pagi, tespackku menunjukkan hasil positif. Kemudian pada tanggal 24 Januari 2015 aku mengunjungi dokter untuk melakukan USG.
Hasil USG pertama, usia kandungan 5 minggu.
2 minggu kemudian cek USG lagi untuk melihat detak jantung janin.
USG usia kandungan 7 minggu.
Pada trimester pertama dan kedua, ibu hamil sebaiknya memeriksakan kandungan sebulan sekali untuk mengetahui perkembangan serta kesehatan janin. Sebaiknya, pada pengalaman pertama hamil dan di awal-awal masa kehamilan, seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke dokter kandungan untuk memastikan sehat dan tidak ada kelainan. Jika semua sudah dinyatakan sehat dan kehamilan tidak memiliki kelainan, jika ingin berpindah pemeriksaan ke bidan dan memutuskan untuk melakukan persalinan dengan bidan bisa dilakukan. Namun biasanya pemeriksaan dengan bidan tidak bisa dilakukan cek USG. Pada trimester awal, ketika kandungan masih belum berukuran besar, ibu hamil sebaiknya melakukan serangkaian tes laboratorium. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya berbagai gangguan kehamilan.
Pada usia kandungan mulai 12 minggu (3 bulan), janin mulai terlihat membentuk kepala, badan, tangan dan kaki. Gerakan janin sudah dapat terlihat melalui pemeriksaan USG dan seluruh tubuhnya terlihat karena masih berukuran kecil. Namun gerakan janin di dalam rahim ibu belum terasa. Saat aku dan suami melihat untuk pertama kalinya janin bergerak, kami berdua takjub. Ada kehidupan di dalam tubuhku!
USG usia kandungan 13 minggu.
Memasuki bulan ke 4, janin sudah mulai bisa terlihat jenis kelaminnya. Tapi ini tergantung dengan posisi janin ketika dilakukan pemeriksaan USG. Pada bulan ke 4 dan 5, ibu hamil diharuskan untuk melakukan suntik tetanus.
USG usia kandungan 19 minggu. Mulai terlihat jenis kelamin janin.
Pada bulan kelima kehamilan, aku mulai menceritakan riwayat kesehatan keluarga dan penyakit-penyakit yang diturunkan dari keluarga besar. Hal ini penting untuk dokter ketahui untuk membaca resiko kehamilan serta menentukan tes laboratorium yang diperlukan oleh setiap ibu hamil. Maka pada bulan kelima ini, aku melakukan serangkaian tes darah dan urine untuk pemeriksaan kesehatan lebih lanjut.
Sebelum melakukan tes, aku melakukan survey harga di beberapa laboratorium di Bandung. Pertama, aku menanyakan harga semua tes yang harus aku lakukan di laboratorium RSIA Hermina Pasteur, total semua tes sebesar Rp. 820rb. Lalu aku menelepon beberapa laboratorium di Bandung untuk membuat perbandingan harga. Laboratorium yang kutelepon di antaranya adalah Prodia, Pramitha, dan laboratorium RS. ST. Borromeus. Dari semua data harga yang kudapat, akhirnya aku memutuskan untuk melakukan tes di laboratorium RS. ST. Borromeus dengan total harga yang harus kubayar sebesar Rp. 586rb. Untuk detil pemeriksaan, aku tidak bisa menjelaskannya karena kurang paham.
Jika pemeriksaan kehamilan yang dilakukan setiap bulan tidak menjadi tanggungan asuransi, perlu bagi ibu hamil (dan juga suami) untuk melakukan banyak survey harga dokter, rumah sakit atau klinik tempat periksa bulanan, serta apotek tempat menebus vitamin kehamilan. Hal ini penting dilakukan untuk penghematan biaya. Saat aku melakukan pemeriksaan di RSIA Hermina Pasteur, pada bulan kelima, aku mulai mencoba menebus obat di apotek luar dan ternyata aku mendapatkan harga obat yang lebih murah dengan resep yang sama.
Pada bulan keenam, aku baru mulai mendatangi beberapa rumah sakit bersalin untuk melakukan survey tempat persalinan secara langsung. Sebenarnya sejak bulan keempat, aku sudah mencari informasi biaya melalui internet dan juga menelepon beberapa tempat bersalin. Pada bulan keenam pula, aku memastikan pada dokter tentang kesehatan janin serta kemungkinan untuk melakukan persalinan secara normal tanpa masalah kehamilan. Jika semua telah dinyatakan sehat, aku bermaksud untuk melakukan persalinan dengan bidan. Pindah dokter periksa, pilihan tempat bersalin, serta ingin bersalin dengan bantuan bidan adalah merupakan hak ibu hamil sebagai pasien. Jadi sebenarnya tidak masalah seorang ibu hamil berpindah-pindah tempat periksa selama buku catatan kesehatannya lengkap serta bisa menceritakan riwayat kehamilannya. Meskipun itu merupakan hak pasien, sebaiknya memang ibu hamil dapat ditangani oleh dokter yang sama dari awal kehamilan hingga waktunya persalinan tiba. Karena itu, pemilihan dokter yang sepaket dengan harga, serta tempat persalinan yang cocok, perlu didapatkan di awal-awal masa kehamilan. Atau bahkan sejak mulai merencanakan kehamilan supaya lebih tenang dalam menjalankan segala prosesnya.
Pada kehamilan bulan ketujuh, atau memasuki usia 28 minggu, ibu hamil dengan kehamilan yang sehat (plasenta normal, tidak ada kontraksi awal, tidak pendarahan dsb), mulai dapat mengikuti program senam hamil. Namun aku baru mengikuti senam hamil pada usia kandungan pertengahan 8 bulan karena pada usia kandungan 7 bulan, bertepatan dengan bulan Ramadhan dan selama itu aku dapat melakukan ibadah puasa. Pada bulan ketujuh ini pemeriksaan ibu hamil mulai dilakukan setiap 2 minggu sekali.
Pemilihan tempat senam hamil juga perlu dipertimbangkan. Carilah tempat senam yang bukan hanya sekedar senam. Tenaga medis di tempat senam harus dapat menjelaskan mengenai fungsi senam hamil, manfaatnya, serta dapat memberikan aura positif pada setiap ibu hamil menjelang persalinannya. Pada bulan ketujuh kehamilan ini, aku mulai pindah dokter untuk melakukan pemeriksaan rutin. Aku memilih Dr. Tina Dewi, SpOG yang praktek di RSB Emma Poeradiredja di jalan Sumatera Bandung. Aku memilih pindah, karena bermaksud untuk melahirkan di RSB Emma Poeradiredja. Biaya pemeriksaan dokter dan vitamin di RSB. Emma Poeradiredja sangat jauh lebih murah dibandingkan dengan RSIA Hermina, meski resep vitamin yang diberikan sama. Selama beberapa kali periksa di sana, paling mahal aku hanya mengeluarkan biaya Rp. 200rb saja. Tapi biaya itu tergantung dengan resep obat/vitamin yang diberikan oleh dokter. Tarif dokter spesialis saja di RSB. Emma Poeradiredja hanya Rp. 125rb.
Ruang senam di K3 Borromeus.
Untuk kegiatan senam, aku memilih untuk melakukan senam hamil di Klinik Kesehatan Keluarga (K3) RS. ST. Borromeus Bandung. Selain melakukan senam di sana ditanggung asuransi yang aku punya, kegiatan senam hamil di sana tidak hanya sekedar senam. Instruktur senam di sana adalah para perawat dan bidan yang sangat berpengalaman. Mereka menjelaskan fungsi setiap gerakan senam secara rinci, mengajarkan cara mengejan untuk persalinan pada ibu hamil yang usia kandungannya sudah 36 minggu ke atas. Selain itu, selesai kegiatan senam, bidan di RS. ST. Borromeus akan memberikan materi tentang kesehatan kandungan, cara memijat bayi, hypnobirthing serta manajemen laktasi sebagai pengetahuan bagi ibu hamil. Jika tidak ditanggung asuransi, biaya untuk kegiatan senam dan materi hanya Rp. 45rb, setiap ibu hamil juga akan mendapatkan seporsi bubur kacang hijau hangat dengan roti serta mendapatkan souvenir/produk yang berguna untuk bayinya nanti.
Bubur kacang hijau dan produk yang diberikan cuma-cuma selesai senam.
Latihan mengejan saat program senam hamil bagi ibu hamil usia kandungan 36 minggu ke atas.
Salah satu kegiatan senam hamil dengan menggunakan bola untuk ibu hamil usia kandungan 36 minggu ke atas.
Menjelang waktu persalinan yang semakin dekat, aku yang awalnya memutuskan untuk melakukan persalinan di RSB. Emma Poeradiredja mulai bimbang. Selama mengikuti program senam hamil di RS. ST. Borromeus, aku merasakan banyakmendapatkan ilmu sebagai calon ibu baru. Setelah melakukan diskusi dengan suami dan keluarga, aku mulai memutuskan untuk melakukan persalinan di Borromeus. Maka aku mulai pindah (lagi) tempat pemeriksaan rutin ke RS. ST. Borromeus dan survey tempat serta harga yang lebih detil untuk paket persalinan setiap kelas rawat inapnya. Semua tenaga medis di RS. ST. Borromeus memastikan bahwa mereka akan melakukan IMD (inisiasi menyusu dini) pada setiap bayi yang baru lahir, dan sangat mendukung program ASI eksklusif.
Ruang rawat inap RS. ST. Borromeus kelas 2 yang terdiri dari 2 bed, 1 kursi biasa, dan 1 kursi santai. Semua kelas rawat di Borromeus dipastikan rawat gabung dengan bayi jika tidak ada masalah kesehatan.
Aku sempat berkeliling ruangan semua kelas rawat inap di RS. ST. Borromeus namun untuk harga yang terjangkau dan kemungkinan mendapatkan tanggungan asuransi, aku memilih untuk mengambil kelas 3 atau kelas 2 saat bersalin nanti. RS. ST. Borromeus juga menyediakan kamar rawat tipe Penthouse dan Royal yang menyerupai apartemen. Kamar tersebut memiliki fasilitas kamar untuk pasien dan kamar untuk keluarga pasien, kamar mandi dengan bathtub, ruang makan, dapur dengan microwave serta kulkas, AC dan juga televisi. Harganya tentu disesuaikan dengan fasilitas yang disediakan.
Setelah melakukan pemeriksaan rutin yang berpindah-pindah, melakukan cukup banyak survey, dan belanja rumah sakit untuk persiapan bersalin. Aku memutuskan untuk melakukan persalinan di RS. ST. Borromeus Bandung dengan bantuan bidan. Ada beberapa hasil survey harga persalinan dan rawat inap di Bandung yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk melakukan persalinan.
RSB. Emma Poeradiredja :
Fasilitas kamar serta tarif secara lengkap bisa dilihat di web RSB. Emma Poeradiredja http://www.emmapoeradiredja.com/
Tarif bersalin RSB. Emma Poeradiredja.
RSB. Jasmine :
Fasilitas kamar rawat inap RSB. Jasmine yang homy.
Tarif persalinan di RSB. Jasmine
RSIA. Hermina Pasteur :
Fasilitas dan pelayanan bisa dilihat di web Hermina http://herminahospitalgroup.com/home/cabang/pasteur
Perkiraan tarif persalinan di Hermina setiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar Rp. 1 juta.
Pertimbangan lain dalam memilih tempat persalinan adalah jarak antara tempat tinggal dan rumah sakit. Pilih tempat bersalin yang mudah dijangkau dan perkirakan kondisi lalu lintas di setiap waktunya (pagi, siang, sore, malam, dan dini hari). Ibu hamil harus segera menuju rumah sakit jika mengalami keluar air ketuban, keluar darah segar, keluar darah berlendir disertai rasa mulas hilang timbul yang cukup kerap, gerakan janin kurang atau bahkan tidak bergerak, perut terasa kencang dan mulas (sakit). Kondisi-kondisi tersebut benar-benar harus segera mungkin ditangani oleh tenaga medis.
Saat mendekati waktu persalinan, ibu hamil harus mempersiapkan barang-barang keperluan ibu dan bayi. Sediakan sebuah tas untuk keperluan ibu dan sebuah tas untuk keperluan bayi. Biasanya, tenaga medis tempat kita akan melakukan persalinan, akan memberikan daftar barang yang perlu dibawa. Di RS. ST. Borromeus perlengkapan yang perlu dibawa oleh ibu yang akan bersalin adalah :
1. Baju ibu (kancing depan) dan kain kurang lebih 4 potong dengan perlengkapannya (pakaian dalam).
2. Perlengkapan mandi (handuk, sabun, sikat gigi dsb).
3. Baju bayi lengkap hanya untuk pulang (popok, bedong 2 buah).
4. Fotokopi KTP ibu dan suami.
Selain mempersiapkan pilihan tempat untuk bersalin, ibu hamil juga perlu berbelanja untuk kebutuhan bayi di awal kelahirannya dan juga kebutuhan ibu pasca melahirkan.
Kira-kira yang perlu disiapkan untuk bayi adalah :
1. Pakaian bayi --- beli ukuran 3 bulan, sebaiknya bukan yang newborn, lalu dicuci dengan deterjen khusus bayi.
2. Kaos kaki, kaos tangan, topi/kupluk, jaket bayi --- cuci dengan deterjen bayi.
3. Selimut, handuk besar dan kecil, waslap.
4. Diapers newborn/popok kain. Tissue basah untuk bayi.
5. Termometer digital.
6. Gunting kuku bayi, sisir bayi, sikat gusi (bisa pakai kain kasa).
7. Kapas bulat dalam wadah tertutup.
8. Kosmetik bayi (baby cream, baby oil, lotion, minyak telon, balsem bayi, sampo dan sabun cair).
9. Kasur bayi, bantal, dan guling.
10. Gendongan samping, tas bayi berukuran besar.
Kebutuhan ibu :
1. Pembalut nifas.
2. Bra menyusui dan breastpad (bisa yang washable atau sekali pakai).
3. Breastpump, cooler bag lengkap dengan ice gel dan botol kaca 100ml, warmer.
4. Apron menyusui.
Selamat menikmati kehamilan dan mempersiapkan persalinan...
Semoga segalanya diberikan kelancaran ;)