24.8.11

Kenapa Menunda Untuk Berhijab?

Kita sudah ketahui bersama bahwa berjilbab adalah suatu hal yang wajib bagi setiap muslimah. Namun seperti itulah wanita, selalu beri berbagai alasan untuk tidak menutup auratnya. Coba perhatikan beberapa alasan mereka:

Pertama: Yang penting hatinya dulu yang dihijabi.
Alasan, semacam ini sama saja dengan alasan orang yang malas shalat lantas mengatakan, “Yang penting kan hatinya.” Inilah alasan orang yang punya pemahaman bahwa yang lebih dipentingkan adalah amalan hati, tidak mengapa seseorang tidak memiliki amalan badan sama sekali. Inilah pemahaman aliran sesat “Murji’ah” dan sebelumnya adalah “Jahmiyah”. Ini pemahaman keliru, karena pemahaman yang benar sesuai dengan pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama’ah, “Din dan Islam itu adalah perkataan dan amalan, yaitu [1] perkataan hati, [2] perkataan lisan, [3] amalan hati, [4] amalan lisan dan [5] amalan anggota badan.” (Matan Al ‘Aqidah Al Wasithiyah, Ibnu Taimiyah)
Imam Asy Syaafi’i rahimahullah menyatakan,
الإيمان قول وعمل يزيد بالطاعة وينقص بالمعصية
Iman itu adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat.” (Hilyatul Awliya’, Abu Nu’aim)
Jadi tidak cukup iman itu dengan hati, namun harus dibuktikan pula dengan amalan.

Kedua: Bagaimana jika berjilbab namun masih menggunjing.
Alasan seperti ini pun sering dikemukakan. Perlu diketahui, dosa menggunjing (ghibah) itu adalah dosa tersendiri. Sebagaimana seseorang yang rajin shalat malam, boleh jadi dia pun punya kebiasaan mencuri. Itu bisa jadi. Sebagaimana ada kyai pun yang suka menipu. Ini pun nyata terjadi.
Namun tidak semua yang berjilbab punya sifat semacam itu. Lantas kenapa ini jadi alasan untuk enggan berjilbab? Perlu juga diingat bahwa perilaku individu tidak bisa menilai jeleknya orang yang berjilbab secara umum. Bahkan banyak wanita yang berjilbab dan akhlaqnya sungguh mulia. Jadi jadi kewajiban orang yang hendak berjilbab untuk tidak menggunjing.

Ketiga: Belum siap mengenakan jilbab.
Kalau tidak sekarang, lalu kapan lagi? Apa tahun depan? Apa dua tahun lagi? Apa nanti jika sudah pipi keriput dan rambut beruban? Setan dan nafsu jelek biasa memberikan was-was semacam ini, supaya seseorang menunda-nunda amalan kebaikan.
Ingatlah kita belum tentu tahu jika besok shubuh kita masih diberi kehidupan. Dan tidak ada seorang pun yang tahu bahwa satu jam lagi, ia masih menghirup nafas. Oleh karena itu, tidak pantas seseorang menunda-nunda amalan. “Oh nanti saja, nanti saja”. Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma memberi nasehat yang amat bagus,
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ .
Jika engkau berada di waktu sore, janganlah menunggu-nunggu waktu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu-nunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu. Manfaatkan pula masa hidupmu sebelum datang kematianmu” (HR. Bukhari no. 6416). Nasehat ini amat bagus bagi kita agar tidak menunda-nunda amalan dan tidak panjang angan-angan. (Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali)
Jika tidak sekarang ini, mengapa mesti menunda berhijab besok dan besok lagi. Seorang da’i terkemuka mengatakan nasehat 3 M, “Mulai dari diri sendiri, mulai dari saat ini, mulai dari hal yang kecil”.
Wallahu waliyyut taufiq.



Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.remajaislam.com

21.8.11

Petani dan Rumah Panggungnya

Semester 2 yang lalu, anak-anakku belajar tentang hal lain di luar dunia bermainnya, yaitu petani dan rumah panggung atau saung. Lalu mereka membuat visualisasi dengan berkarya. Karya ini dibuat dalam beberapa tahap. Membuat petani, membuat rumah panggung serta menggabungkannya dalam satu bidang. Tidak lupa karyanya diceritakan sesuai dengan persepsi masing-masing anak, banyak yang melibatkan imajinasinya dalam bercerita. Imajinasi anak-anak usia 4-5 tahun.

* Membuat Petani
1. Melipat topi caping
2. Menempelkan topi caping di bagian atas kertas gambar (A4 dibagi menjadi 3 bagian) kemudian menggambarkan petani seolah-olah petani itu sedang memakai topi caping. Lalu gambar diwarnai.
3. Gambar digunting mengikuti bentuk.

Naza dan Awal

 Aretha dan Atha

 Nayaratra dan Aksyal

 Nayla dan Athan

Almer dan Raja

* Membuat Rumah Panggung (saung)
1. Membuat anyaman dari kertas daur ulang, bertekstur atau bermotif. Buat menjadi berpola 2 atau 3 jenis kertas/motif.
2. Menempelkan bentuk untuk atap.
3. Atap diberi tambahan potongan kertas bertekstur, pelepah pisang atau daun kering. Tempelkan dengan lem fox kemudian lapisi lagi dengan lem fox yang sudah dicampur air agar lebih kuat.
4. Tambahkan pintu dan jendela. Beri hiasan taburan pasir berwarna atau bahan lainnya. Gunakan lem fox dan lapisi lagi dengan lem fox yang dicairkan.



* Membuat alas untuk menggabungkan karya
1. Gunakan karton atau kertas berukuran A3 berwarna putih. Cat permukaannya dengan warna gelap agar karya yang sudah dibuat dapat terlihat lebih menonjol.
2. Setelah kering, tempelkan petani dan rumah panggung dengan menggunakan doubletape. Tambahkan kaki rumah panggung dengan menggunakan stik es krim atau potongan sumpit, tambahkan tangga (bisa menggambarnya dengan cat atau dengan menempelkan potongan kertas).
3. Tambahkan gambar untuk membuat suasana dengan menggunakan cat. Boleh menambahkan rumput, bebatuan, langit, awan atau matahari. Kemudian ceritakan karyanya.

Karya milik Nayla Azalea


Karya milik Atha