21.7.14

Berbagi Sampai ke Borneo

Ini adalah cerita pengalamanku pada November 2013 lalu di kecamatan Batu Sopang, Kalimantan Timur, di area salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia. Aku mendapat kesempatan diundang sebagai trainer oleh CSR PT. Kideco Jaya Agung. Perusahaan tersebut membantu mengembangkan keahlian para guru yang berada di sekitar area kerja mereka dengan banyak mengadakan pelatihan dan workshop sesuai dengan bidangnya. Kali ini aku mendapat kesempatan untuk berbagi ilmu dengan guru-guru PAUD di lingkungan PT. Kideco Jaya Agung. Dalam 2 hari, aku memberi 8 materi tentang pendidikan anak usia dini serta melakukan workshop berkarya.

Perjalanan menuju lokasi pelatihan cukup melelahkan. Dari Bandung, aku menuju Bandara Soekarno-Hatta dengan menggunakan travel. Aku berangkat dini hari untuk mengejar penerbangan pukul 8 pagi. Di bandara, aku bertemu dengan pak Sisworo dari Provisi Education yang akan mendampingiku selama menjadi trainer di kecamatan Batu Sopang. 

Perjalanan menyebrangi lautan.

Setibanya di Balikpapan, kami dijemput oleh supir perusahaan yang akan mengantarkan menuju pelabuhan. Dari pelabuhan, kami naik kapal kecil milik perusahaan dan menempuh sekitar 15-20 menit perjalanan. Aku merasa perjalanan ini cukup menyenangkan dan (awalnya) tidak melelahkan. Namun ternyata, perjalanan baru saja dimulai. Turun dari kapal, kami sudah ditunggu mobil perusahaan lagi untuk melanjutkan perjalanan darat. Mobil yang digunakan adalah tipe besar khas kendaraan di lingkungan tambang. Dan ternyata aku masih harus melanjutkan sekitar 4 jam perjalanan darat, melewati hutan, daerah tambang dengan jalan yang berbatu dan berkelok-kelok. Selepas Ashar, aku baru sampai di mess tempat aku akan menginap. Istirahat sejenak, keluar makan malam, lalu dilanjutkan rapat untuk merencanakan kegiatan esok hari.

Hari pertama sebagai trainer, diisi dengan materi mengenai Tahapan Perkembangan Anak. Pada sesi ini, banyak guru yang curhat mengenai pengalamannya di sekolah dan banyak pertanyaan yang diajukan. Rasanya, pengalamanku sebagai guru diuji di sini. Guru-guru yang dibagi dalam beberapa kelompok diajak untuk saling berbagi pengalamannya menghadapi anak-anak di kelas. Jika sharing pengalamannya belum dapat memecahkan masalah yang dihadapi, para guru akan bertanya padaku. Di sinilah aku benar-benar merasa diuji.

Sesi diskusi dan sharing pengalaman menghadapi anak-anak di kelas.

Sesi selanjutnya, aku mengenalkan kegiatan circle time yang merupakan kegiatan jembatan antara rumah dan sekolah. Kegiatan ini yang akan membantu memperbaiki suasana hati serta mempersiapkan anak-anak untuk berkegiatan di kelas selepas dari rumah.

Guru-guru berkelompok menciptakan kegiatan circle time yang menarik.

Setelah circle time dilakukan, anak-anak sudah siap berkarya. Maka aku mengajak guru-guru untuk memulai kegiatan berkarya. 

Awalnya, guru-guru di kecamatan Batu Sopang masih sering mengajak anak-anak mewarnai gambar saja. Padahal mewarnai lembaran gambar yang sudah ada, tidak mengembangkan kreativitas pada anak. Aku lalu mengajak guru membuat karya kreatif yang mengembangkan banyak aspek pada anak-anak.

Guru-guru melakukan workshop membuat karya besar.

Sebelum memulai karya, guru-guru melakukan eksplorasi kendaraan.

Hasil karya besar kemudian dipajang.
Karya pada gambar 4, merupakan karya yang dibuat melalui proses eksplorasi sedangkan karya lainnya belum melalui eksplorasi.

Selain mencoba membuat karya visual, pada hari kedua aku mengajak guru-guru untuk mencoba menciptakan karya dramatisasi. Sebelum bermain peran, mereka berdiskusi mengenai alur cerita, properti yang akan dibuat, pembagian peran, dan kemudian melakukan latihan sebelum tampil.

Membuat properti, boneka tangan, dan kostum sebagai penunjang kegiatan bermain peran.

Boneka tangan yang dibuat dengan memanfaatkan barang bekas.

ACTION!

Hanya 2 hari berkegiatan bersama, namun banyak pengalaman baru yang aku dapat dengan berbagi ilmu dan pengalaman. Dan semakin aku menyadari bahwa kegiatan berbagi itu membuat candu. Setelah kegiatan di Kalimantan Timur ini, aku semakin gencar menambah pengalamanku sebagai trainer guru PAUD, dan mengikuti kegiatan-kegiatan berkarya dengan anak-anak di beberapa daerah.

Terima kasih atas pengalaman berharganya GagasCeria, Provisi Education, dan PT. Kideco Jaya Agung

Atas : Aku, Pak Sisworo, dan beberapa teman guru di Kideco
Bawah : Pak Sisworo (Provisi), Mbak Ade (Provisi), aku, dan Pak Nanang (CSR Kideco)


Hari selanjutnya, aku kembali pulang. Melalui perjalanan melelahkan dan menyenangkan.


17.7.14

Anak dan Politik

Suatu pagi, saat kegiatan berkarya, aku sempat menguping pembicaraan tak biasa yang dilakukan anak-anak usia 5 tahun. Anak-anak ini terlibat dalam pembicaraan politik yang memang belakangan ini cukup memanas pasca pilpres.

Kupikir, pembicaraan itu sedikit banyak merupakan cermin perilaku orang dewasa di sekitarnya. Yang terdekat, mungkin orang tuanya.

Kira-kira, begini isi percakapannya...

Refi : "Prabowo itu orang hebat."
Arha : "Iya, Prabowo itu hebat tapi Jokowi juga hebat."
Refi : "Enggak! Prabowo itu hebat tapi Jokowi jelek!"
Arha : "Prabowo sama Jokowi itu bagus dua-duanya. Orang hebat calon presiden."
Refi : "Memangnya papa kamu milih siapa?"
Arha : "Papa aku milih Prabowo, mama aku juga milih Prabowo, tapi Jokowi juga bagus. Kalo papa kamu milih siapa?"
Refi : "Papa aku sama mama aku semuanya milih Prabowo. Nenek aku milih Prabowo. Keluarga aku semua milih Prabowo."
Arha : "Oh gitu. Kalo aku udah bisa milih. Aku mau milih Jokowi."
Refi : " Kenapa?"
Arha : "Prabowo sama Jokowi soalnya hebat. Jadi kalo papa aku udah milih Prabowo, aku aja yang milih Jokowi."

Lalu, mereka mulai tenang dan pembicaraan terhenti sejenak. Aku senyum-senyum sendiri. Seakan membayangkan perilaku orang tua mereka. Aku pun mendekat. Penasaran ingin terlibat dalam pembicaraan seru itu.

Aku : "Seru banget ngobrolin Prabowo sama Jokowi."
Refi : "Iya. Emangnya bu Kika waktu itu milih siapa?"
Aku : "Bu Kika milih Jokowi. Tapi suaminya bu Kika milih Prabowo."
Refi : "Oh. Milihnya beda ya? Kalau keluarga bu Kika pilih siapa?"
Aku : "Beda-beda juga. Ada yang milih Prabowo ada yang milih Jokowi. Ya gak apa-apa beda juga."
Refi : .... (senyum lalu diam)
Aku : "Menurut Rafi, Prabowo itu gimana?"
Refi : "Prabowo itu hebat."
Aku : "Kalau Jokowi?"
Refi : "Ya lumayanlah."
Aku : (cuma sanggup senyum)
Refi : "Jadi sebenernya yang menang siapa sih bu?"
Aku : "Ya belum ada hasilnya. Kan semua suara harus dihitung dulu. Tunggu aja tanggal 22 Juli."
Refi : "Trus nanti yang kalah gimana?"
Aku : "Gak ada yang menang sama yang kalah. Soalnya ini bukan lomba. Tapi ada yang terpilih jadi presiden ada yang gak terpilih. Kalau yang ga terpilih ya tetap dengan profesinya, kalau yang terpilih ganti tanggung jawabnya."
Refi : "Kalau Prabowo ga kepilih tetep kerja ya. Kalau Jokowi ga kepilih tetep kerja juga ya?"
Aku : "Iya. Siapa pun yang jadi presidennya, kita harus dukung supaya Indonesianya lebih keren."
Refi : "Aku mau Indonesianya jadi lebih keren."

Anak usia 5 tahun, pada tahun 2045 akan menjadi calon-calon pemimpin negeri ini. Orang dewasa dan pemimpin di masa golden age anak-anak tersebut seharusnya dapat menjadi model sebagai orang dewasa dan juga pemimpin yang santun. Politik jangan dijadikan ajang perlombaan kalah dan menang. Tapi tempat turun tangan untuk ikut sama-sama memperbaiki dan membangun negeri. Suatu saat mereka akan turut bekerja membantu negeri ini, bukan hanya meneriakkan protes tanpa berbuat apa pun. Apalagi merendahkan hal yang dikerjakan orang lain.

*maaf, tulisan ini dibuat berdasarkan hal yang terjadi di kelasku. BUKAN KAMPANYE.