17.7.14

Anak dan Politik

Suatu pagi, saat kegiatan berkarya, aku sempat menguping pembicaraan tak biasa yang dilakukan anak-anak usia 5 tahun. Anak-anak ini terlibat dalam pembicaraan politik yang memang belakangan ini cukup memanas pasca pilpres.

Kupikir, pembicaraan itu sedikit banyak merupakan cermin perilaku orang dewasa di sekitarnya. Yang terdekat, mungkin orang tuanya.

Kira-kira, begini isi percakapannya...

Refi : "Prabowo itu orang hebat."
Arha : "Iya, Prabowo itu hebat tapi Jokowi juga hebat."
Refi : "Enggak! Prabowo itu hebat tapi Jokowi jelek!"
Arha : "Prabowo sama Jokowi itu bagus dua-duanya. Orang hebat calon presiden."
Refi : "Memangnya papa kamu milih siapa?"
Arha : "Papa aku milih Prabowo, mama aku juga milih Prabowo, tapi Jokowi juga bagus. Kalo papa kamu milih siapa?"
Refi : "Papa aku sama mama aku semuanya milih Prabowo. Nenek aku milih Prabowo. Keluarga aku semua milih Prabowo."
Arha : "Oh gitu. Kalo aku udah bisa milih. Aku mau milih Jokowi."
Refi : " Kenapa?"
Arha : "Prabowo sama Jokowi soalnya hebat. Jadi kalo papa aku udah milih Prabowo, aku aja yang milih Jokowi."

Lalu, mereka mulai tenang dan pembicaraan terhenti sejenak. Aku senyum-senyum sendiri. Seakan membayangkan perilaku orang tua mereka. Aku pun mendekat. Penasaran ingin terlibat dalam pembicaraan seru itu.

Aku : "Seru banget ngobrolin Prabowo sama Jokowi."
Refi : "Iya. Emangnya bu Kika waktu itu milih siapa?"
Aku : "Bu Kika milih Jokowi. Tapi suaminya bu Kika milih Prabowo."
Refi : "Oh. Milihnya beda ya? Kalau keluarga bu Kika pilih siapa?"
Aku : "Beda-beda juga. Ada yang milih Prabowo ada yang milih Jokowi. Ya gak apa-apa beda juga."
Refi : .... (senyum lalu diam)
Aku : "Menurut Rafi, Prabowo itu gimana?"
Refi : "Prabowo itu hebat."
Aku : "Kalau Jokowi?"
Refi : "Ya lumayanlah."
Aku : (cuma sanggup senyum)
Refi : "Jadi sebenernya yang menang siapa sih bu?"
Aku : "Ya belum ada hasilnya. Kan semua suara harus dihitung dulu. Tunggu aja tanggal 22 Juli."
Refi : "Trus nanti yang kalah gimana?"
Aku : "Gak ada yang menang sama yang kalah. Soalnya ini bukan lomba. Tapi ada yang terpilih jadi presiden ada yang gak terpilih. Kalau yang ga terpilih ya tetap dengan profesinya, kalau yang terpilih ganti tanggung jawabnya."
Refi : "Kalau Prabowo ga kepilih tetep kerja ya. Kalau Jokowi ga kepilih tetep kerja juga ya?"
Aku : "Iya. Siapa pun yang jadi presidennya, kita harus dukung supaya Indonesianya lebih keren."
Refi : "Aku mau Indonesianya jadi lebih keren."

Anak usia 5 tahun, pada tahun 2045 akan menjadi calon-calon pemimpin negeri ini. Orang dewasa dan pemimpin di masa golden age anak-anak tersebut seharusnya dapat menjadi model sebagai orang dewasa dan juga pemimpin yang santun. Politik jangan dijadikan ajang perlombaan kalah dan menang. Tapi tempat turun tangan untuk ikut sama-sama memperbaiki dan membangun negeri. Suatu saat mereka akan turut bekerja membantu negeri ini, bukan hanya meneriakkan protes tanpa berbuat apa pun. Apalagi merendahkan hal yang dikerjakan orang lain.

*maaf, tulisan ini dibuat berdasarkan hal yang terjadi di kelasku. BUKAN KAMPANYE.

1 comment:

Dikdik said...

Keren yah anak-anak sekarang, dulu rasanya gak pernah ngbrolini ini.. ngerti juga ga dulu mah...