Oleh : Rizka
H. Kusumadhini, S.Pd
Lesson
Study
Pada
tanggal 7 Februari yang lalu, kelasku mendapat kesempatan untuk 'membuka kelas'
pada kegiatan lesson study.
Kegiatan lesson study ini sudah rutin dilakukan di sekolahku
sejak kira-kira tahun 2009 yang lalu. Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu
bentuk pengembangan guru dalam mengajar di kelas. Guru yang 'membuka kelasnya'
untuk kegiatan ini, melakukan perencanaan kegiatan kelas seperti biasanya
dengan mendapatkan bantuan dari tim levelnya. Dalam pelaksanaannya, guru kelas
diamati oleh beberapa guru kelas lain yang memberikan laporan pengamatannya.
Guru-guru yang melakukan pengamatan boleh memberi masukan terhadap pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan di kelas, atau bahkan mereka bisa mengambil pelajaran
baru dari kelas yang diamatinya untuk dapat diterapkan di kelasnya
masing-masing. Kira-kira begitulah gambaran umum tentang kegiatan lesson study, dan inilah rangkaian lesson study yang
dilakukan di kelas Bumi.
Petualangan anak-anak
kelas Bumi dimulai
Pada
tema 'Menjelajah Ruang dan Waktu' anak-anak diajak untuk mengenal binatang masa
lalu yaitu dinosaurus. Mereka sudah banyak melakukan kegiatan membuka cakrawala
mengenai binatang masa lalu dan sudah mengunjungi Museum Geologi sebagai salah
satu bentuk pengetahuan mengenai kepunahan. Di kegiatan lesson study yang dilakukan, anak-anak melakukan review tentang seluruh tema yang sudah
dipelajari. Pertama-tama, mereka berdramatisasi menjadi dinosaurus yang mencari
makan. Anak-anak harus mencari makanan yang sesuai dengan jenis dinosaurus yang
mereka perankan. Setelah semua makanan 'habis', anak-anak diajak untuk
mendiskusikan makanan masing-masing dinosaurus.
Anak-anak berdiskusi tentang
makanan dinosaurus.
Lalu anak-anak diajak untuk
menonton film tentang kepunahan dinosaurus. Mereka diajak untuk berpendapat,
dengan menjawab pertanyaan, "Apa yang akan terjadi setelah dinosaurus
punah?" Ada yang mengatakan dinosaurus akan digantikan dengan
binatang masa kini, dan ada pula yang berpendapat dinosaurus sudah saatnya
masuk ke dalam museum. Setelah menonton film dan memberikan pendapatnya,
anak-anak pun kembali bermain dramatisasi. Kini anak-anak menjadi dinosaurus
yang menghadapi bencana alam dan akhirnya punah.
Arkan adalah anak yang sangat
mendalami perannya sebagai Ankilosaurus. Ia merangkak dengan kedua tangan dan
kakinya, serta mengeluarkan suara-suara yang menurutnya menyerupai dinosaurus.
Arkan pun mengeluarkan mimik wajah yang berbeda untuk menunjukkan bahwa dirinya
adalah dinosaurus. Perilaku Arkan kemudian memberi dampak pada beberapa
temannya, mereka mulai mengikuti Arkan benar-benar berperan menjadi dinosaurus.
Anak-anak menonton film tentang
kepunahan dinosaurus.
'Dinosaurus' mulai berlarian di
lapangan rumput karena berusaha menghindari meteor jatuh. Beberapa anak yang
sangat mendalami peran, langsung terjatuh ketika bola mengenai tubuhnya.
Setelah dinosaurus punah, terkena
hujan meteor, anak-anak kemudian diajak untuk membangun museum dinosaurus
dengan bekerja sama. Kelompok sudah ditentukan oleh guru dengan tujuan membangun
kerjasama beberapa tipe anak yang serupa, dan dibagi berdasarkan jenis
permainan konstruktif yang akan digunakan. Misi mereka untuk membangun museum
dinosaurus juga didalami dengan bermain peran. Setiap anak menggambar
dinosaurus yang akan dibuatnya sebelum mereka ‘menciptakan’ dinosaurus mereka
sendiri untuk mengisi museum. Area bermain dibagi menjadi 2. Di area bermain block, anak-anak bekerja sama membuat
dinosaurus block, di area lainnya
anak-anak boleh memilih berkarya membuat dinosaurus dari permainan konstruktif
lain yang tersedia (lego, mottik, gigo, duplo, pekitoys).
Area ‘Museum Dinosaurus’ block yang dibuat dengan bekerja sama.
Area ‘Museum Dinosaurus’ lego,
mottik, duplo, pekitoys, dan gigo.
Museum
mulai dibangun
Arkan yang sejak awal mendapat
peran sebagai Ankilosaurus, menggambarkan Stegosaurus namun ia menyebutnya sebagai
‘Ankilosaurus’. Setelah menggambar,
Arkan mewujudkannya dengan membuat karya 3 dimensi menggunakan pemainan mottik.
Arkan yang sudah sangat mendalami perannya sebagai Ankilosaurus masih
membutuhkan bantuan saat menuangkan idenya dalam karya konstruktif. Ia dibantu
untuk membuat langkah tahap demi tahap saat membuat Ankilosaurus. Setelah
karyanya tuntas, Arkan kemudian memposisikan dirinya sebagai pemandu museum
yang menjelaskan tentang semua ‘fosil’ dan miniatur dinosaurus yang telah
dibuat oleh teman-teman lainnya kemudian disusun menjadi Museum Dinosaurus.
Gambar rancangan
Stegosaurus buatan Arkan dan Stegosaurus mottik-nya.
Arkan memegang
miniatur orang untuk dijadikan sebagai pemandu museum yang memberi penjelasan
kepada para pengunjung.
Anak-anak lain yang berkarya
di area ini, membuat berbagai jenis dinosaurus untuk mengisi ‘Museum
Dinosaurus’nya. Mereka memilih jenis permainan konstruktif sesuai dengan minat
mereka masing-masing. Masih ada beberapa anak yang belum terbayang apa yang
harus dilakukannya dan mereka pun bertanya pada guru.
Dinosaurus lainnya
yang dibuat untuk mengisi ‘Museum Dinosaurus’.
Pada area bermain block, anak-anak membangun museumnya
dengan bekerja sama. Setiap kelompok terdiri atas 3 orang anak yang harus
saling berbagi ide, berbagi tugas, dan menyelaraskan keinginan mereka masing-masing
menjadi suatu kesatuan. Hal ini, tentu tidak mudah bagi anak-anak yang sudah
memiliki idenya sendiri. Debat serta perbedaan pendapat akan mewarnai kegiatan
berkarya mereka.
Kelompok Alendra, Ghanisya,
dan Vanya adalah salah satu kelompok yang terdiri dari anak-anak dengan ide
yang sangat kaya. Mereka masing-masing mengungkapkan idenya, namun saat itu
masih sulit untuk mendengarkan ide teman sekelompoknya dan belum mencoba
menyelaraskannya. Alendra, Ghanisya, dan Vanya sudah memulai perdebatan sejak
awal kegiatan perencanaan karyanya. Gambar rancangan yang seharusnya hanya
terdiri dari satu gambar yang dibuat bersama, menjadi beberapa gambar
dinosaurus jenis yang berbeda. Mereka pun belum memutuskan, gambar rancangan
mana yang akan diwujudkan menjadi ‘Museum Dinosaurus’.
Gambar rancangan
Alendra, Ghanisya, dan Vanya yang belum mencerminkan keselarasan ide. Mereka
baru menggambarkan idenya masing-masing, belum mendiskusikannya kemudian
menjadikannya satu.
Perdebatan serta perbedaan
pendapat kelompok Alendra, Ghanisya, dan Vanya belum berakhir pada perencanaan
gambar. Hingga tiba saatnya mulai menyusun block,
mereka belum juga menentukan satu jenis dinosaurus yang akan dibuat. Saat
pembagian tugas mengambil kepingan block
dan menyusunnya pun mereka belum menemukan kata sepakat. Alendra, Ghanisya, dan
Vanya masing-masing mengambil block
yang mereka butuhkan untuk membuat dinosaurusnya sendiri, bukan dinosaurus
kelompok.
Alendra, Ghanisya,
dan Vanya menggunakan keranjang mereka masing-masing untuk mengambil kepingan block lalu menyusunnya membentuk
dinosaurus yang mereka inginkan.
Hingga akhir kegiatan lesson study, kelompok Alendra,
Ghanisya, dan Vanya belum berhasil menyelesaikan tugasnya. Mereka masih
terlibat dalam perdebatan dan diskusi yang cukup alot mengenai ide yang mereka
miliki masing-masing. Bahkan mereka beberapa kali terlihat membongkar karya
yang sudah dibuat dan mengulanginya lagi dari awal. Ghanisya pun sempat terlihat
mengubah rancangan gambar yang sudah dibuat sebelumnya agar menyerupai bentuk block dinosaurus yang sudah dibuatnya.
Selain kelompok Alendra,
Ghanisya, dan Vanya yang belum berhasil menyelaraskan idenya, ada satu kelompok
yang tampaknya mudah saat bekerja sama. Mereka adalah Adel, Titan, dan Alka
yang sejak awal melakukan diskusi, mendengarkan pendapat teman-teman
sekelompoknya, berbagi tugas hal-hal yang harus dilakukan, hingga berhasil
membuat dinosaurus block tanpa adanya
rintangan yang berarti.
Adel, Titan, dan Alka
mendiskusikan terlebih dulu jenis dinosaurus yang akan mereka buat, lalu secara
bergantian menggambarkan rancangannya. Gambar yang dihasilkan hanya ada satu
gambar yang dibuat secara bersama-sama menggunakan sebuah spidol. Mereka menggambar
secara bergiliran untuk tiap bagian dinosaurusnya. Saat akan mulai membuat
dinosaurus block, Adel, Titan, dan
Alka berbagi tugas terlebih dahulu siapa yang mengambil block dan siapa yang menyusunnya. Seorang lainnya memberikan ide
mengenai bentuk-bentuk block yang
akan mereka gunakan. Akhirnya kelompok Adel, Titan, dan Alka berhasil menjadi
kelompok pertama yang menyelesaikan dinosaurus untuk ‘Museum Dinosaurus’.
Kelompok Adel, Titan,
dan Alka setelah berhasil menyelesaikan dinosaurus block mereka.
Pada area permainan block, ada pula kelompok yang masih
sulit menuangkan ide bahkan bekerja sama. Hal ini bisa diakibatkan karena minat
yang belum sejalan dengan tema karya yang diangkat pada kegiatan lesson study kali ini. Kelompok ini
cenderung banyak mendapatkan dampingan dari guru untuk berkarya langkah demi
langkah. Saat berkarya, kelompok Fadhil, Arva, dan Ihsan mendapatkan dampingan
dari guru agar kegiatan perencanaan, diskusi, berkarya, dan bercerita dapat
berjalan.
Kelompok Fadhil,
Arva, dan Ihsan terlihat belum bekerja sama dan melakukan diskusi kelompok jika
belum mendapatkan dampingan dari guru.
Apa yang membuat mereka berbeda?
Pada kegiatan pertama, Arkan
dan anak-anak lainnya di area permainan konstruktif (lego, gigo, duplo, mottik,
pekitoys) membuat karya dinosaurus secara individual. Mereka adalah anak-anak
yang rata-rata membutuhkan banyak inspirasi di awal sebelum kegiatan berkarya.
Kemampuan mereka dalam berkarya dengan menggunakan permainan konstruktif pun
belum semuanya kuat. Anak-anak yang melakukan kegiatan di arena bermain ini,
cenderung tidak melakukan diskusi mengenai dinosaurus yang akan mereka buat dengan
teman sebayanya untuk membangun ‘Museum Dinosaurus’, tetapi mereka cenderung
akan bertanya pada guru hal apa yang harus mereka lakukan terlebih dulu untuk
membuat karyanya. Anak-anak akan melakukan lebih banyak eksplorasi pada
miniatur dinosaurus sebelum berkarya. Setelah berkarya secara individual,
anak-anak pada area ini akan menggabungkan karyanya, disusun membentuk museum
yang terdiri dari berbagai macam jenis dinosaurus.
Pada kegiatan berkarya dengan kerja sama membuat dinosaurus di area block, anak-anak harus belajar untuk menyelaraskan ide, mencoba mendengarkan pendapat, berbagi peran, dan membuat karya secara bersama-sama. Ada anak-anak yang berada dalam area block ini karena mereka membutuhkan sarana untuk belajar bekerja sama dan membiasakan mendengar pendapat teman lainnya. Ada pula perpaduan kelompok yang terdiri dari anak-anak yang memiliki kekuatan pada karya konstruktif dan anak-anak yang masih membutuhkan inspirasi karya dari teman-temannya. Mereka akan saling mengisi dan belajar dari teman sebayanya. Namun, minat terhadap tema serta kecocokan teman sebaya terlihat cukup memberi pengaruh terhadap kualitas proses serta karya yang dihasilkan.
Setelah kegiatan ini berakhir, kami melakukan suatu refleksi dan evaluasi. Anak-anak diajak untuk memberikan pendapatnya, menceritakan perasaannya, dan membuat perencanaan mengenai hal yang akan mereka lakukan pada kegiatan selanjutnya agar memberikan hasil lebih baik dari sebelumnya. Kelompok Alendra, Ghanisya, dan Vanya pun mengakui bahwa mereka belum dapat menyelaraskan idenya saat bekerja sama dalam satu kelompok.
Pada minggu berikutnya, kegiatan Lesson Study ini diulang kembali dengan bertukar kelompok. Anak-anak melakukan kegiatan yang berbeda dari kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya. Untuk melatih kerja sama terutama pada kelompok Alendra, Ghanisya, dan Vanya, mereka akan terus menjadi teman bekerja sama pada jenis kegiatan lainnya. Mereka pun terus diajak merefleksikan kegiatan sebelumnya yang belum berhasil. Begitu pula dengan anak-anak yang berkarya secara individual dan anak-anak telah berhasil bekerja sama, mereka berbagi mengenai pengalamannya pada teman-teman lainnya, agar mereka dapat mengambil pelajaran dari teman sebayanya. Karena ini adalah ‘Museum Dinosaurus Kita’ yang dibuat bersama-sama, bukan ‘Museum Dinosaurus Aku’ atau ‘Museum Dinosaurus Kamu’ yang dibuat seorang diri.
~hotarukika~
1 comment:
ihh seru2.. itu pembagian kelompoknya gimana? dibagi oleh guru apa mereka mencari sendiri?
Post a Comment